Kisah Pensil dan Penghapus




Pensil : Maafkan aku.

Penghapus : Maafkan untuk apa? Kamu tidak melakukan kesalahan apa-apa.

Pensil : Aku minta maaf karena telah membuatmu terluka. Setiap kali aku melakukan kesalahan, kamu selalu ada untuk menghapusnya. Namun setiap kali kamu menghapus kesalahanku, kamu kehilangan sebagian dari dirimu. Kamu akan semakin kecil setiap saat.

Penghapus : Hal itu benar. Namun aku sama sekali tidak merasa keberatan. Kau lihat, aku memang tercipta untuk melakukan hal itu, Untuk selalu membantumu setiap saat kau melakukan kesalahan. Walaupun suatu hari nanti, aku tahu bahwa aku akan pergi dan kau akan menggantikan diriku dengan yang baru. Aku sungguh bahagia denganku. Jadi tolonglah, kau tak perlu khawatir. Aku tidak suka melihat dirimu bersedih.

Kisah percakapan antara pensil dan penghapus sungguh inspiratif.

Orang tua kita layaknya penghapus sedangkan kita layaknya pensil. Meraka (orang tua) selalu ada untuk anak anak meraka, memperbaiki kesalahan anak-anaknya. Terkadang, seriring berjalannya waktu…. Mereka akan terluka dan akan menjadi semakin kecil (dalam hal ini, maksudnya bertambah tua dan akhirnya wafat)

Walaupun anak-anak mereka akhirnya akan menemukan seseorang yang baru (suami atau istri), namun orang tua akan selalu tetap merasa bahagia atas apa yang mereka lakukan terhadap anak-anaknya dan akan selalu merasa tidak suka bila  melihat buah hati tercinta mereka merasa khawatir ataupun sedih.

“Hingga saat ini, saya masih selalu menjadi pensil…dan sangat menyakitkan bagi diri saya untuk melihat si penghapus atau orang tua saya semakin bertambah”kecil” dan “kecil” seiring berjalannya waktu. Dan saya tahu bahwa kelak suatu hari, yang tertinggal hanyalah “serutan”* si penghapus dan segala kenangan yang pernah saya lalui dan miliki bersama mereka…”



Sumber: www.wahyuesgroup.web.id

0 komentar: